Selasa, 11 Juli 2017

10 Film warkop terbaik

Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (nama asli Nanu Mulyono),Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila Jakarta
tapi khalayak lebih mengenal Warkop hanya brenggota 3 orang, yaitu dono, kasino, indro. Hal ini dikarenakan karna mereka bertigalah yang paling aktif dan paling sering tampil dalam film-film warkop.
Warkop sudah mencetak puluhan judul film komedi yang laris dipasaran di jamanya, bahkan di jaman sekarang, film-filmnya pun masih laku dan mempunyai rating yang tinggi. Dari puluhan film warkop, ada 10 film yang dianggap terbaik oleh para penggemarnya,
Berikut adalah daftar 10 film terbaik WARKOP versi Beritaunik.net:
10. Pokoknya Beres (1983), Sutradara: Arizal
Us Us sebagai bapak kos membuat film yang seperti kliping adegan-adegan ini jadi lebih terasa “rumahan”. Dono, Kasino, Indro, plus Eva Arnaz dan Lidya Kandou yang nyaris selalu pakai short pant dan kaos ketat sepanjang film hampir seperti keluarga di sini. Warkop menggambarkan para perantau yang jadi pengangguran, dan disibukkan oleh salah paham kecil dan kesialan-kesialan kecil di antara para penghuni kos sendiri.
9. CHIPS-Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial (1983), Sutradara: Iksan Lahardi.
Diilhami film seri CHIPS yang dibintangi Eric Estrada, Warkop jadi anggota polisi bermotor swasta pimpinan Oom Junet (Panji Anom) yang mata keranjang. Selalu sial dalam tugas, para anggota CHIPS ala Warkop ini juga jadi sindiran tentang budaya suap di kalangan aparat kepolisian waktu itu. Lihat saja adegan Kasino memeras si Oom dengan kata “Jangkrik, booos….!”
8. Manusia 6000000 Dollar (1981), Sutradara: Ali Shahab.
Saat mengejar copet, Dono ketabrak bemo, jadi manusia bionik. Diilhami sukses film seri TV The Six Million Dollar Man tentang Steve Austin (Lee Mayors). Dono harus menyelamatkan Eva Arnaz, dan melawan si gigi besi Jack John –ini karakter yang diilhami salah satu musuh James Bond dalam Moonraker. Adegan tak terlupakan: Kasino berburu copet, malah digebuki di pasar disangka copet.
7. Sama Juga Bohong (1986), Sutradara: Chaerul Umam.
Skenario ditulis N. Riantiarno. Sutradara dan penulis skenario yang biasa dengan film “nyeni” membuat film ini sangat unik dibanding film-film Warkop lainnya. Dono dibantu Kasino-Indro membuat robot untuk pertunjukan amal. Barangkali, ini salah satu dari sedikit sekali film Indonesia yang menampilkan karakter robot. Film ini juga paling tak mengeksploitasi keseksian perempuan.
6. Maju Kena Mundur Kena (1983), Sutradara: Arizal.
Film Warkop paling laris. Kasino jadi bos bengkel, dan Dono-Indro jadi bawahannya. Kasino melarang anak buahnya naksir perempuan, tapi dia sendiri terobsesi pada Marina (Eva Arnaz). Kemudian Marina satu kos dengan mereka, tapi yang beruntung malah Dono yang diakui suami Marina untuk menghindari dari perkimpoian paksa oleh kakek-neneknya. Film diakhiri dengan Dono menyamar jadi pemain sepak bola wanita.
5. Setan Kredit (1982), Sutradara: Iksan Lahardi.
Dono Kasino Indro jadi tim pembantu orang-orang yang kesulitan, termasuk mencari dan mencoba menyelamatkan seorang anak yang diculik. Sepertiga terakhir film ini menjadi komedi-horor, dengan trik-trik kamera yang lumayan. Gaya mereka menghadapi pocongkkkkkkkkkkkkkkkk mirip dengan film-film vampir Hongkong yang populer pada 1990-an.
4. Mana Tahan (1979), Sutradara: Nawi Ismail.
Film paling “lurus” dari Warkop, juga adalah film pertama mereka. Citra “anak kos” dalam film ini tetap lekat pada mereka sampai film terakhir mereka pada 1994. Citra yang menggambarkan mereka sebagai sekawanan pemuda kurang kerjaan dan terobsesi pada perempuan. Masih dengan “Warkop keempat” yang asli: Nano.
3. Pintar-Pintar Bodoh (1980), Sutradara: Arizal.
Secara subjektif, inilah film Warkop terlucu menurut saya. Kritik sosialnya suwir-suwir saja, tapi premis ceritanya sudah lucu: detektif culun saling bersaing, dan semua kena nasib konyol. Momen paling ikonik: Dono memarodikan gaya John Travolta di Saturday Night Live, dan Kasino menyanyi “lagu kode”. Dibantu oleh Dorman Borisman, sebagai “Warkop keempat”.
2. Dongkrak Antik (1982), Sutradara: Arizal.
Kali ini, “Warkop keempat” adalah Mat Solar, yang budek dan suka nyabut bulu hidung. Mereka jadi pegawai hotel yang serbasalah. Dono pelupa, Kasino pemarah, Indro gagap. Di ujung film, mereka tampil sebagai band “Wah Gede Banget!”, yang memelesetkan lagu-lagu Beatles dan Rolling Stone jadi lagu-lagu-lagu daerah.
1. Gengsi Dong (1980), Sutradara: Nawi Ismail.
Dono sebagai Slamet, Kasino sebagai Sanwani, Indro sebagai Paijo. Mereka mahasiswa di kota Jakarta yang bersaing soal cewek dan gengsi. Slamet yang paling kampungan, sebetulnya paling kaya. Sedang Sanwani yang suka berganti-ganti mobil ternyata anak pemilik bengkel, dan mobil-mobil Sanwani adalah mobil-mobil para pelanggan. Sindiran sosial yang menghibur, tentang rapuhnya kebanggaan kelas sosial. Di film inilah pula, Dono mulai terkenal dengan panggilan ”bemo”.

10 Film warkop terbaik

Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (nama asli Nanu Mulyono),Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila Jakarta
tapi khalayak lebih mengenal Warkop hanya brenggota 3 orang, yaitu dono, kasino, indro. Hal ini dikarenakan karna mereka bertigalah yang paling aktif dan paling sering tampil dalam film-film warkop.
Warkop sudah mencetak puluhan judul film komedi yang laris dipasaran di jamanya, bahkan di jaman sekarang, film-filmnya pun masih laku dan mempunyai rating yang tinggi. Dari puluhan film warkop, ada 10 film yang dianggap terbaik oleh para penggemarnya,
Berikut adalah daftar 10 film terbaik WARKOP versi Beritaunik.net:
10. Pokoknya Beres (1983), Sutradara: Arizal
Us Us sebagai bapak kos membuat film yang seperti kliping adegan-adegan ini jadi lebih terasa “rumahan”. Dono, Kasino, Indro, plus Eva Arnaz dan Lidya Kandou yang nyaris selalu pakai short pant dan kaos ketat sepanjang film hampir seperti keluarga di sini. Warkop menggambarkan para perantau yang jadi pengangguran, dan disibukkan oleh salah paham kecil dan kesialan-kesialan kecil di antara para penghuni kos sendiri.
9. CHIPS-Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial (1983), Sutradara: Iksan Lahardi.
Diilhami film seri CHIPS yang dibintangi Eric Estrada, Warkop jadi anggota polisi bermotor swasta pimpinan Oom Junet (Panji Anom) yang mata keranjang. Selalu sial dalam tugas, para anggota CHIPS ala Warkop ini juga jadi sindiran tentang budaya suap di kalangan aparat kepolisian waktu itu. Lihat saja adegan Kasino memeras si Oom dengan kata “Jangkrik, booos….!”
8. Manusia 6000000 Dollar (1981), Sutradara: Ali Shahab.
Saat mengejar copet, Dono ketabrak bemo, jadi manusia bionik. Diilhami sukses film seri TV The Six Million Dollar Man tentang Steve Austin (Lee Mayors). Dono harus menyelamatkan Eva Arnaz, dan melawan si gigi besi Jack John –ini karakter yang diilhami salah satu musuh James Bond dalam Moonraker. Adegan tak terlupakan: Kasino berburu copet, malah digebuki di pasar disangka copet.
7. Sama Juga Bohong (1986), Sutradara: Chaerul Umam.
Skenario ditulis N. Riantiarno. Sutradara dan penulis skenario yang biasa dengan film “nyeni” membuat film ini sangat unik dibanding film-film Warkop lainnya. Dono dibantu Kasino-Indro membuat robot untuk pertunjukan amal. Barangkali, ini salah satu dari sedikit sekali film Indonesia yang menampilkan karakter robot. Film ini juga paling tak mengeksploitasi keseksian perempuan.
6. Maju Kena Mundur Kena (1983), Sutradara: Arizal.
Film Warkop paling laris. Kasino jadi bos bengkel, dan Dono-Indro jadi bawahannya. Kasino melarang anak buahnya naksir perempuan, tapi dia sendiri terobsesi pada Marina (Eva Arnaz). Kemudian Marina satu kos dengan mereka, tapi yang beruntung malah Dono yang diakui suami Marina untuk menghindari dari perkimpoian paksa oleh kakek-neneknya. Film diakhiri dengan Dono menyamar jadi pemain sepak bola wanita.
5. Setan Kredit (1982), Sutradara: Iksan Lahardi.
Dono Kasino Indro jadi tim pembantu orang-orang yang kesulitan, termasuk mencari dan mencoba menyelamatkan seorang anak yang diculik. Sepertiga terakhir film ini menjadi komedi-horor, dengan trik-trik kamera yang lumayan. Gaya mereka menghadapi pocongkkkkkkkkkkkkkkkk mirip dengan film-film vampir Hongkong yang populer pada 1990-an.
4. Mana Tahan (1979), Sutradara: Nawi Ismail.
Film paling “lurus” dari Warkop, juga adalah film pertama mereka. Citra “anak kos” dalam film ini tetap lekat pada mereka sampai film terakhir mereka pada 1994. Citra yang menggambarkan mereka sebagai sekawanan pemuda kurang kerjaan dan terobsesi pada perempuan. Masih dengan “Warkop keempat” yang asli: Nano.
3. Pintar-Pintar Bodoh (1980), Sutradara: Arizal.
Secara subjektif, inilah film Warkop terlucu menurut saya. Kritik sosialnya suwir-suwir saja, tapi premis ceritanya sudah lucu: detektif culun saling bersaing, dan semua kena nasib konyol. Momen paling ikonik: Dono memarodikan gaya John Travolta di Saturday Night Live, dan Kasino menyanyi “lagu kode”. Dibantu oleh Dorman Borisman, sebagai “Warkop keempat”.
2. Dongkrak Antik (1982), Sutradara: Arizal.
Kali ini, “Warkop keempat” adalah Mat Solar, yang budek dan suka nyabut bulu hidung. Mereka jadi pegawai hotel yang serbasalah. Dono pelupa, Kasino pemarah, Indro gagap. Di ujung film, mereka tampil sebagai band “Wah Gede Banget!”, yang memelesetkan lagu-lagu Beatles dan Rolling Stone jadi lagu-lagu-lagu daerah.
1. Gengsi Dong (1980), Sutradara: Nawi Ismail.
Dono sebagai Slamet, Kasino sebagai Sanwani, Indro sebagai Paijo. Mereka mahasiswa di kota Jakarta yang bersaing soal cewek dan gengsi. Slamet yang paling kampungan, sebetulnya paling kaya. Sedang Sanwani yang suka berganti-ganti mobil ternyata anak pemilik bengkel, dan mobil-mobil Sanwani adalah mobil-mobil para pelanggan. Sindiran sosial yang menghibur, tentang rapuhnya kebanggaan kelas sosial. Di film inilah pula, Dono mulai terkenal dengan panggilan ”bemo”.

Biografi Pemain warkop DKI

Warkop DKI adalah nama grup lawak Indonesia yang beranggotakan Dono, Kasino dan Indro. Grup warkop DKI menjadi salah satu grup lawak legendaris yang mulai terkenal di akhir 70an dan 80an dan masih dikenang hingga sekarang. Saat ini hanya Indro anggota warkop yang masih hidup. Kasino telah meninggal pada tahun 1997 sedangkan Dono meninggal pada tahun 2001. Meski bisa dibilang sudah tidak aktif, namun nama grup Warkop DKI masih tetap terkenal hingga sekarang. Film-filmnya pun masih sering diputar dan ditonton. Berikut merupakan data, fakta dan sejarah grup lawak legendaris Warkop DKI beserta profil dan biodata tiap personilnya.

Biografi dan Daftar Film Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro)

Biodata Warkop DKI


Biodata Indro Warkop

Nama lengkap : Indrodjojo Kusumonegoro
Tempat lahir : Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal lahir : 8 Mei 1958
Profesi : Aktor, pelawak/komedian
Pendidikan : Universitas Pancasila, Jakarta
Hobi : Tur motor Harley Davidson

Biodata Dono Warkop

Nama lengkap : Wahyu Sardono
Tempat lahir : Solo, Jawa Tengah
Tanggal lahir : 30 September 1951
Meninggal : 30 Desember 2001 (umur 50 tahun)
Penyebab kematian : Kanker paru-paru
Profesi : Aktor, pelawak/komedian, dosen
Pendidikan : Universitas Indonesia

Biodata Kasino Warkop

Nama lengkap : Kasino Hadiwibowo
Tempat lahir : Kebumen, Jawa Tengah
Tanggal lahir : 15 September 1950
Meninggal : 18 Desember 1997 (umur 47 tahun)
Penyebab kematian : Tumor otak
Profesi : Aktor, pelawak/komedian
Pendidikan : Universitas Indonesia

Biografi dan Daftar Film Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro)

34 Daftar Film Warkop DKI

Berikut ini Daftar Film Warkop DKI:

  1. Mana Tahaaan… (1979) bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi dan Kusno Sudjarwadi
  2. Gengsi Dong (1980) bersama Camelia Malik, Zainal Abidin dan M. Pandji Anom
  3. Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi, Dorman Borisman dan Dana Christina
  4. GeEr – Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa dan Itje Trisnawati
  5. Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz, Eddy Gombloh dan Dorman Borisman
  6. IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Alicia Djohar
  7. Setan Kredit (1981) bersama Minati Atmanegara, Nasir dan Alicia Djohar
  8. Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar dan Pietrajaya Burnama
  9. Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan Chintami Atmanegara
  10. Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us
  11. Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us dan Nourma Yunita
  12. Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka dan Aminah Cendrakasih
  13. Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Aminah Cendrakasih, Wieke Widowati dan Us Us.
  14. Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena Rosier, Leily Sagita, Lia Warokka, Lina Budiarti, Kaharuddin Syah dan Fanny Bauty.
  15. Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, Chintami Atmanegara, Leily Sagita, Wieke Widowati dan Advent Bangun
  16. Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami dan Wolly Sutinah
  17. Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara
  18. Depan Bisa Belakang Bisa (1987) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik
  19. Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina, Susy Bolle dan Timbul
  20. Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok dan Didik Mangkuprojo
  21. Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman, Yurike Prastika, Ira Wibowo dan Nia Zulkarnaen
  22. Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin, Kiki Fatmala dan Sherly Malinton
  23. Godain Kita Dong (1989) bersama Lisa Patsy, Ida Kusumah dan Tarsan
  24. Sabar Dulu Doong…! (1989) bersama Anna Shirley, Pak Tile dan Eva Arnaz
  25. Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin, Zainal Abidin dan Sally Marcellina
  26. Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin, Sherly Malinton dan Sally Marcellina
  27. Bisa Naik Bisa Turun (1991) bersama Kiki Fatmala, Fritz G. Schadt dan Sally Marcellina
  28. Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fortunella dan Hengky Solaiman
  29. Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella dan Sally Marcellina
  30. Salah Masuk (1992) bersama Gitty Srinita, Tarida Gloria dan Angel Ibrahim
  31. Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari
  32. Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati
  33. Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita dan HIM Damsyik
  34. Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina, Pak Tile dan Taffana Dewi

Sejarah warkop DKI

Sejarah berdirinya [Warkop DKI] atau Warkop Prambors, yang juga dikenal dengan Trio DKI ialah grup lawak, awalnya dibentuk oleh Nanu, Rudy Badil, Dono, Kasino (mahasiswa UI, Jakarta) dan Indro (mahasiswa Univ. Pancasila, Jakarta). Awal kesuksesan mereka dimulai dari Obrolan Santai di Warung Kopi yg merupakan acara lawakan di Radio Prambors setiap Jumat 20.30 sampai 21.15.
Warkop dki.jpg
warkop dki
Ide awal obrolan [Warkop Prambors] berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku “Pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. Setelah itu ya nggak usah saja, Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp 20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka.
Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.
Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang ‘ndeso’ itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkimpoian rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus. Mereka disebut-sebut sebagai artis dengan honor termahal masa itu.
Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.
Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah

Sejarah warkop DKI

Sejarah berdirinya [Warkop DKI] atau Warkop Prambors, yang juga dikenal dengan Trio DKI ialah grup lawak, awalnya dibentuk oleh Nanu, Rudy Badil, Dono, Kasino (mahasiswa UI, Jakarta) dan Indro (mahasiswa Univ. Pancasila, Jakarta). Awal kesuksesan mereka dimulai dari Obrolan Santai di Warung Kopi yg merupakan acara lawakan di Radio Prambors setiap Jumat 20.30 sampai 21.15.
Warkop dki.jpg
warkop dki
Ide awal obrolan [Warkop Prambors] berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku “Pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. Setelah itu ya nggak usah saja, Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp 20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka.
Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.
Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang ‘ndeso’ itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkimpoian rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus. Mereka disebut-sebut sebagai artis dengan honor termahal masa itu.
Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.
Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah

Tugas Modal Auxsiliary



Nama               : Miftahul Fauzana
NPM               : 15213476
Kelas               : 4EA18

Definitions

Modal verbs are difficult to define in any language because of the wide range of pragmatic uses of modal verbs by native speakers. Some of the more common definitions (in no particular order) of the modal verbs in English are:
·         can – ability, permission, possibility, request
·         could – ability, permission, possibility, request, suggestion
·         may – permission, probability, request
·         might – possibility, probability, suggestion
·         must – deduction, necessity, obligation, prohibition
·         shall – decision, future, offer, question, suggestion
·         should – advice, necessity, prediction, recommendation
·         will – decision, future, intention, offer, prediction, promise, suggestion
·         would – conditional, habit, invitation, permission, preference, request, question, suggestion

In English grammar, a modal is a verb that combines with another verb to indicate moodor tense. A modal (also known as a modal auxiliary or modal verb) expresses necessity, uncertainty, ability, or permission.
Most linguists agree that there are 10 core or central modals in English: can, could, may, might, must, ought, shall, should, will, and would. Other verbs—including needhad better and invariant be—may also function as modals (or semi-modals).
Unlike other auxiliaries, modals have no -s-ing-en, or infinitive forms. (Because ought requires a to-infinitive complement, some linguists regard it as a marginal modal.)

Also see:
ETYMOLOGY
From the Latin, "measure"
EXAMPLES AND OBSERVATIONS
  • "When I was younger I could remember anything, whether it happened or not."
    (Mark Twain) 
  • "She thought, I must hurry before the robbers come." (Jean Stafford, "The Interior Castle," 1947) 
  • "[G]overnment of the people, by the people, for the people, shall not perish from the earth."
    (Abraham Lincoln, 
    The Gettysburg Address, 1863) 
  • "There are many things that we would throw away if we were not afraid that others might pick them up." (Oscar Wilde, The Picture of Dorian Gray, 1890) 
  • "Afterward, when the firing ended, they would blink and peek up. They would touch their bodies, feeling shame, then quickly hiding it. They would force themselves to stand. As if in slow motion, frame by frame, the world would take on the old logic--absolute silence, then the wind, then sunlight, then voices. It was the burden of being alive."
    (Tim O'Brien, "The Things They Carried." The Things They Carried. Houghton Mifflin Harcourt, 1990) 
  • Characteristics of Modal Auxiliaries in English "A modal auxiliary has the following characteristics: 
    • Takes negation directly (can't, mustn't).
    • Takes inversion without DO (can I? must I?).
    • 'Code' (John can swim and so can Bill).
    • Emphasis (Ann COULD solve the problem).
    • No -s form for third-person singular (*cans, *musts).
    • No non-finite forms (*to can, *musting)
    • No co-occurrence (*may will)
The first four of these are what Huddleston (1976: 333) calls the NICE properties(Negation, Inversion, Code, Emphasis) and they very clearly draw a dividing line between auxiliaries and main verbs, a line which would be far from clear if we tried to use semantic characteristics. The last three, which are specifically 'modal' criteria (see Palmer 1979: 9), are needed to exclude the auxiliaries BE, HAVE, and DO."
(Jennifer Coates, The Semantics of the Modal Auxiliaries. Routledge, 1983)

- "As early as 
Old English, a group of verbs signaling modal characteristics of action share morphosyntactic and semantic features which later result in the formation of the category of modal auxiliaries. . . .
"The most important syntactic developments which distinguish [modals] from other verbs are the following: (1) they lost their non-finite forms and their ability to take non-verbal objects; (2) the preterite forms came to be used in the present, future or timeless contexts; (3) they did not develop the to- link with an infinitive (in the Southern standard); (4) they became more and more uncommon in contexts where they were not followed by an infinitive."
(Richard M. Hogg, et al., The Cambridge History of the English Language: 1476-1776. Cambridge University Press, 1999) 
·         Modals and the Subjunctive"Modals are also used where some languages would use the subjunctive mood. The Modern English subjunctive is very restricted and examples are given in (11a) and (12a). Alternatives using modals are provided in (11b) and (12b):
(11a) They insisted that he go. (subjunctive mood)
(11b) They insisted that he should go.
(12a) I wish it were Friday. (subjunctive mood)
(12b) I wish it would be Friday.
Since subjunctives are not common in Modern English, I will not go into this more deeply."
(Elly Van Gelderen, An Introduction to the Grammar of English, rev. ed. John Benjamins, 2010) 
·         Double Modals "Speakers of other varieties of English, primarily in the southeastern United States, routinely produce sentences with two modals and find this double modal construction completely natural. Which modals they are varies from person to person and across subregions of the Southeast:
We might could sing at the concert.
I may should apply for a new job.
Two modals verbs is the limit however."
(Kristin Denham and Anne Lobeck, Linguistics for Everyone. Wadsworth, 2010)

·         Examples of Use

The following sentences are examples of usage of modal verbs in English. For example, the following four sentences all ask for permission but with different degrees and types of modality:
·         Can I go to the bathroom? (asking for permission)
·         May I go to the bathroom? (more politely asking for permission)
·         Could I go to the bathroom? (asking for permission with less certainty)
·         Might I go to the bathroom? (asking for permission with uncertainty)
The following sentences also demonstrate the subtle meanings in regards to modal verbs of suggestion:
·         You could listen to me. (suggestion)
·         You might listen to me. (uncertain suggestion)
·         You should listen to me. (strong suggestion)
·         You must listen to me. (stronger suggestion)
·         You will listen to me. (strongest suggestion)
The meanings of modal verbs are very pragmatic and must be learned through use.

·         Practice Exercise

Identify the modal verb and modality (definition) in the following sentences.
Sentences
1.      You could ride your bike across the country, but I advise against it.
2.      Since all dogs are mammals, this golden retriever must be a mammal.
3.      You might consider finishing your degree.
4.      I will finish my essay tonight even if I have to forgo sleep.
5.      The puppy can sit on command.
6.      I would eat cereal every day as a child.
7.      You may encounter some difficult patrons on occasion.
8.      The train should arrive in a few minutes.
9.      The situation would not be so bad if we all remained calm.
10.  I will have earned my graduate degree next spring.
Possible Answers
11.  could – possibility
12.  must – deduction
13.  might – suggestion
14.  will – intention
15.  can – ability
16.  would – habit
17.  may – probability
18.  should – prediction
19.  would – conditional
20.  will – future
·         For more information, check out the rest of the series that goes into further detail.

SEMANTICS AND PRAGMATICS OF ENGLISH MODAL VERBS

Modal verbs are difficult to define because of the because of the wide range of pragmatic uses of modal auxiliaries. This series provides some of the most frequent meanings of the nine English modals—can, could, may, might, must, shall, should, will, and would—through definitions and examples.


Verb

Fungsi
Contoh Kalimat Modal Auxiliary Verb
Can digunakan untuk menyatakan ability (kemampuan)
You can buy anything with your money but you can not buy love.
(Kamu dapat membeli apapun dengan uangmu tapi kamu tidak dapat membeli cinta)
Modal verb ini dapat digunakan untuk meminta izin (permission)
Can I borrow your car for one night?
(Bisakah saya meminjam mobilmu selama satu malam?)
Could digunakan untuk menyatakan ability (kemampuan) dimasa lalu (past).
You could run faster than me two years ago.
(Kamu dapat berlari lebih cepat dari saya dua tahun lalu.)
Modal verb ini dapat digunakan untuk meminta izin (permission) untuk melakukan sesuatu dimasa lalu (past) atau masa depan (future).
Could I use your computer to print and scan?
(Bolehkah saya memakai komputermu untuk print dan scan?)
May
May untuk menyatakan possibility (kemungkinan) dimasa sekarang (present) dan masa depan (future).
He may work out and consume healthy food every day.
(Dia mungkin berlatih dan mengonsumsi makanan sehat setiap hari.)
You may forget the embarassing incident tomorrow.
(Kamu mungkin melupakan insiden memalukan itu besok.)
Modal verb ini untuk meminta izin (permission) yang lebih formal daripada modal verb can.
May I go home now?
(Bolehkah saya pulang sekarang?)

Might
Sama seperti may, modal verb ini digunakan untuk menyatakan possibility (kemungkinan) dimasa sekarang (present) dan masa depan (future)[1].
Might dapat ditambahkan 
primary auxiliary verb have untuk menyatakan probability dimasa lalu (past). Modal verb ini digunakan untuk menyatakan hypothetical situation yang terbukti tidak terjadi[2], lain halnya dengan may yang belum terbukti[3].
You might forget the embarassing accident tomorrow.[1]
The doctor might have warned you not to eat red meat.[2]
(Dikatakan setelah diketahui fakta: The doctor has not warned–Dokter belum melarang.)
The doctor may have warned you not to eat red meat.[3]
(Faktanya: belum diketahui)
Might merupakan bentuk past dari may dimana digunakan untuk meminta izin (permission) yang lebih formal daripada modal verb could. Dibanding may, Might lebih tentatif (tidak pasti) kejadiannya.
If I have cleaned the room, might I play with my friend?
(Jika saya sudah membersihkan ruangan, bolehkah saya main dengan teman?)
Will untuk menyatakan willingness (kemauan). Willingness dapat diungkapkan dalam conditional sentence type 1 maupun invitation (undangan/ajakan).
I will help you if you help yourself first.
(Saya akan membantumu jika kamu membantu dirimu sendiri dulu.)
Will you marry me?
(Maukah kamu menikah dengan saya?)
Modal verb ini untuk membuat keputusan secara spontan/tanpa rencana (simple future tense).
I’ll give you a glass of water.
(Saya akan memberimu segelas air.)
I think I’ll change my appearance.
(Saya pikir saya akan merubah penampilan.)
Will untuk membuat prediksi.
The sandstorm will come tonight.
(Badai pasir akan datang nanti malam.)
Sama seperti will, modal verb ini dapat digunakan untuk menyatakan willingness (kemauan), namun lebih polite (sopan).
Would you like to see my craft?
(Maukah kamu melihat kerajinan tanganku?)
Modal verb ini menyatakan sense of probability (kemungkinan).
He would be free tonight.
(Dia akan kosong nanti malam.)
Would dipadukan dengan auxiliary have untuk membentuk conditional sentence type 3. Would disini untuk menyatakan tindakan yang ingin dilakukan dimasa lalu.
If you had remembered to invite me, I would have attended your party.
(Jika kamu ingat mengundang saya, saya menghadiri pestamu.)
Shall
Shall [British English][1] digunakan untuk menyatakan simple future seperti halnya will namun hanya digunakan pada first person (orang pertama) I dan we. Shall [US English][2] jarang digunakan selain untuk polite question untuk first person.
We shall overcome it someday.[1]
(Kita akan mengatasinya suatu hari nanti.)
Shall we pay a call him?[2]
(Haruskah kita menjenguknya?)
Shall I give you some advice?[2]
(Haruskah saya memberimu beberapa nasehat?)
Modal verb ini untuk menyatakan obligation (kewajiban) pada formal situation (yang dapat berupa legal document maupun pada saat meeting. Pada situasi ini, baik second maupun third person dapat digunakan dengan modal verb ini.
The Human Resource manager shall report the employee performance.
(HR manager harus melaporkan performansi karyawan.)
Should
Should untuk memberi suggestion (saran) atau advice (nasehat).
You should see the doctor.
(Kamu harus ke dokter.)
We should meet more often.
(Kita harus bertemu lebih sering.)
Must
Must dipadukan dengan not untuk menyatakan prohibition (larangan)
You mustn’t give up.
(Kamu tidak boleh menyerah.)
Modal verb ini mengekspresikan obligation (kewajiban) atau necessity (kebutuhan).
We must go to bed now.
(Kita harus tidur sekarang.)
Ought to
Ought to digunakan untuk menyatakan apa yang benar atau tepat
I ought to wear high quality running shoes.
(Saya harus menggunakan sepatu lari berkualitas tinggi.)
We ought to select the best candidate for the job.
(Kita harus memilih kandidat terbaik untuk pekerjaan tsb.)